Kumpulan renungan harian Kristen

Renungan Firman Tuhan Tentang Generasi Muda

Renungan Firman Tuhan Tentang Generasi Muda – Alkitab merupakan referensi yang paling tepat mengenai permasalahan anak. Ada lebih 3598 ayat yang bicara mengenai anak. Anak tidak berdiri dengan sendiri karena berkaitan dengan seorang ayah, ibu, kehamilan, angkatan, dan generasi.

Alkitab berbicara belasan cerita mengenai anak-anak. Ada cerita mengenai anak yang patuh tapi ada pula anak yang tidak patuh seperti cerita mengenai anak bungsu yang terhilang. Ada anak yang hormat ke orangtua dan ada pula anak yang tidak hormat ke orangtua.

renungan firman tuhan tentang generasi-muda

Renungan Firman Tuhan Tentang Generasi Muda: Mendidik Anak Menjadi Generasi Masa Depan yang Takut akan Tuhan

Amsal 22 : 6, “didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu ”

Mendidik bermakna dilatih, berasal dari akar kata bahasa Ibrani yang bicara perihal kar gusi. Pada zaman dulu untuk memunculkan rasa haus pada bayi, bidan-bidan di Israel ambil cairan kurma lalu dibalurkan dan dipijit pada gusi bayi hingga memunculkan rasa lembut hingga bayi ingin minum susu .

Maka sebetulnya pengajaran harus memunculkan rasa haus pada anak hingga anak ingin belajar. Pengajar harus memiliki kreativitas sebegitu rupa hingga memunculkan kehausan untuk belajar.

Baca: Renungan Firman Tuhan Tentang Kesabaran

Tiap orangtua yang memiliki anak tentu mempunyai keinginan besar jika kelak anaknya nanti akan mengalami perkembangan secara penuh, baik fisik atau kerohanian-nya.

Tidak ada orangtua mana saja yang ketika mempunyai anak, mengharap anaknya kecil terus selamanya. Sekalipun waktu kecil anak-anak jadi masa yang sering membawa sukacita tersendiri di kehidupan orangtua. Tetapi, kita semuanya wajib mengetahui jika seorang anak alami perkembangan secara penuh atau mungkin tidak, pasti tergantung pada bagaimana situasi dan support keluarga dari anak itu. Saat keluarga memberi support yang penuh pada perkembangan anak, karena itu seorang anak pasti alami perkembangan yang baik; demikian juga kebalikannya.

Yesus dan Samuel merupakan 2 orang yang hidup dalam zaman dan situasi yang beda. Yesus, pada masa kecilnya hidup dan berkembang di tengah-tengah bimbingan ke-2 orang tuanya. Sementara Samuel, pada periode kanak-kanak, tumbuh di dalam lingkungan keluarga imam Eli, yang merupakan orangtua angkatnya secara rohani. Tetapi keduanya alami perkembangan secara baik. Ada kesamaan yang mereka rasakan dalam perkembangan mereka. Injil Lukas menulis jika “Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia” (Luk 2: 52). Sementara kitab Samuel mencatat bahwa “Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia” (1 Sam 2: 26).

Pasti, apa yang dirasakan oleh Yesus dan Samuel kita mengharapkan terjadi pada diri anak-anak kita. Jadi orang tua, kita juga mempunyai rasa kerinduan jika anak-anak kita dapat merasakan perkembangan menjadi besar dan dicintai oleh Allah dan manusia. Lantas, rahasia apa yang pada akhirannya membuat mereka sanggup alami perkembangan yang sedemikian baik itu?

Baca: Firman Tuhan Tentang Jangan Menghakimi (Matius 7:1-5)

MEREKA DIASUH ORANG-ORANG YANG TAKUT AKAN TUHAN

Firman Tuhan Tentang Generasi Muda: Samuel dan Yesus ialah 2 orang yang pada masa kecilnya alami bimbingan yang baik dari orang tuanya. Imam Eli, sebagai seseorang yang takut akan Tuhan menjadi sosok panutan untuk Samuel kecil. Dia mendidik Samuel untuk mengenali Tuhan secara baik.

Demikian juga yang sudah dilakukan Maria dan Yusuf, jadi orang tua Yesus. Maria dan Yusuf merupakan pribadi-pribadi yang takut akan Tuhan. Mereka mempunyai kesetiaan dan ketaatan pada Tuhan yang mengagumkan.

Sikap setia dan patuh berikut sebagai penunjang buat mereka untuk memberi keteladan pada Yesus kecil. Sekalinya tidak banyak kisah Injil yang bercerita waktu Yesus kecil. Tetapi, kesediaan Maria dan Yusuf untuk membawa Yesus ke Bait Allah pada usia 12 tahun jadi bukti bagaimana ke-2 orangtua ini mendidik Yesus pada masa kecilnya dengan ketaatan serta kesetiaan pada Tuhan.

Berdasar pada pengalaman waktu kecil Yesus dan Samuel ini, kita bisa ambil satu pelajaran hidup, yakni: bila kita inginkan anak-anak kita alami perkembangan dan jadi pribadi-pribadi yang disayangi Allah dan manusia, karena itu harus, jadi orang tua, kita harus mempunyai sikap takut akan Tuhan.

Kita harus mempunyai ketaatan dan kesetiaan pada Tuhan. Karena bila orangtua mempunyai sikap takut akan Tuhan, karena itu anak-anak akan memperoleh sosok panutan yang baik pada pertumbuhannya.

MEREKA BERSEDIA BELAJAR DARI ORANG-ORANG YANG MENGASUHNYA

Keteladanan dan dukungan orangtua saja belum cukup buat membuat seorang anak sanggup untuk alami perkembangan hidup dan kerohanian yang bagus.

Keteladanan dan support orangtua harus diimbangi dengan kesediaan anak untuk selalu belajar meningkatkan diri dan mencontoh beberapa hal yang bagus dari orang tuanya. Imam Eli, selainnya mengasuh Samuel, punyai anak terlanjur yang namanya Hofni dan Pinehas.

Tetapi perkembangan anak-anak kandungan imam Eli ini tidak sebagus Samuel. Mereka malah bertumbuh menjadi anak-anak yang mengerjakan kecurangan-kecurangan di depan Tuhan. Sementara, Samuel yang ialah anak tiri malah memperlihatkan perkembangan yang bagus dibandingkan ke-2 anak imam Eli.

Semuanya terjadi pasti bukan hanya karena kekeliruan imam Eli yang tidak sanggup memberikan panutan pada anak-anak kandungnya. Tapi lebih dikarenakan oleh anak-anak kandungan imam Eli tidak ingin belajar dari tiap kebaikan yang sudah diilustrasikan oleh ayahnya sendiri. Mereka condong meremehkan didikan orang tuanya dan memutuskan untuk terus ikuti kemauan dirinya.

Firman Tuhan Tentang Generasi Muda: Pada periode saat ini, banyak kita temui kemelut di antara orangtua dan anak sering disebabkan karena hal yang begitu. Orangtua rindukan anak-anaknya mencontoh beberapa hal yang bagus dari orang tunya. Sementara anak-anak lebih suka cari pola hidup sendiri.

Mereka berasa jika orang tuanya kolot, ketinggal zaman, dan tidak gaul. Pada akhirnya, banyak kita temui anak-anak yang tidak ingin kembali melanjutkan kebaikan orang tuanya dan berkembang dengan tidak bagus. Mereka jadi pribadi-pribadi yang sering merepotkan seseorang dan terjerat pada beberapa bentuk pertemanan bebas. Bukannya semakin disayangi Allah dan sesama; yang terjadi malah banyak anak yang membuat kesal orang tuanya dan mendukakan hati Allah.

Bila kita inginkan generasi kita selanjutnya menjadi generasi yang berkembang tambah dicintai Allah dan manusia; mau tidak mau, ketegangan di antara orangtua dan anak harus lekas dibereskan. Jadi orang tua, mari kita belajar dari imam Eli, Maria dan Yusuf. Mari kita jadi pribadi-pribadi yang takut akan Tuhan, yang mempunyai kesetiaan dan ketaatan ke Allah. Agar lewat sikap kita setiap hari, kita sanggup memberi panutan yang bagus untuk anak-anak kita. Sebagai anak, mari kita mencontoh apa yang sudah diilustrasikan oleh Samuel dan Yesus pada periode kecilnya. Mereka mempunyai kesediaan untuk selalu meningkatkan diri dan belajar dari orangtua yang mengasuh mereka. Mereka mempunyai kesediaan untuk dituntun, dinasehati, dan ditujukan oleh beberapa orang yang mengasuhnya. Hingga mereka berkembang semakin dicintai Allah dan sama-sama.

Leave A Reply

Your email address will not be published.