Kumpulan renungan harian Kristen

Iman dan Perbuatan Saling Berkaitan

Bahan Renungan Khotbah Iman dan Perbuatan Saling Berkaitan – Ada Seseorang polisi yang sedang bekerja pada hari Minggu pagi menghentikan suatu mobil yang menerobos lampu merah. Mobil ini mengebut dengan kecepatan tinggi dan nyaris menubruk beberapa kendaraan dari arah yang berbeda yang tengah mempergunakan haknya melintas di waktu lampu sedang hijau.

Sekalian mengharap beberapa surat kendaraan serta surat izin berkendara, pak polisi menanyakan ke pengendara kenapa dia begitu ceroboh memakai mobilnya dan menyalahi aturan.

Dengan rileks sopir berbicara, “maaf pak, tetapi saya telah terlambat ke gereja.”

Silahkan pikirkan contoh simpel ini dan pikir baik-baik. Terlambat ke gereja itu tidak bagus. Tetapi apa itu berarti kita bisa semaunya menyalahi aturan, bahkan juga dapat memberikan ancaman nyawa seseorang dan diri kita atas alasan itu?

Apakah iman cuman hanya tidak telat ke gereja, cuman disampaikan dengan kalimat “ya, saya orang memiliki iman”, tetapi sama sekali tidak tercermin melalui sikap, langkah dan pola hidup kita?

Seperti apakah iman semestinya? Apa ada beberapa bentuk yang dapat mempresentasikan tingkat keimanan seorang tak perlu disebut ke seseorang?

Khotbah Iman Dan Perbuatan
Khotbah Iman Dan Perbuatan

Khotbah Iman Dan Perbuatan Saling Berkaitan dan Tak Terpisahkan

Akan ini, silahkan kita merujuk ke surat Yakobus. Surat Yakobus diperuntukkan ke semuanya orang percaya pada umumnya tanpa melihat latar belakang atau jamaat dari mana.

Baca: 50 Ayat Alkitab Terbaik Tentang Iman dan Pengharapan

Pada ayat pertama, dalam versi Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) kelihatan jika surat ini disertai kalimat salam ke semua yang tersebar di penjuru dunia.

Yakobus berusaha menjelaskan pentingnya iman dan hubungan dengan perbuatan. oleh sebab itu, hubungan di antara iman dan tindakan merupakan suatu hal yang perlu untuk dipahami oleh semua orang yang percaya, bukan diperuntukkan cuma buat jemaah tertentu.

Saat ini kita buka pasal 2 ayat 14 sampai 26. Yakobus mengawalinya dengan menanyakan:

“Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?” (ay 14). Can such faith, which isn’t reflected through any good works, save one’s soul? 

Ayat ini memberi sebuah perenungan sekaligus peringatan melalui kalimat yang simpel. Yakobus lalu memberikan contoh sederhana mengenai reaksi saat saudara/saudari kita membutuhkan baju dan kekurangan makanan, apa ada fungsinya kita mengucapkan “selamat memakai pakaian dan selamat makan” tapi tidak membantu kebutuhan mereka? (ay 15-16). Itu pasti tidak ada manfaatnya sama sekalipun.

Jadi jelaslah jika iman sebaiknya diikuti melalui perbuatan. Yakobus mengatakan ini dengan kalimat: “Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.” (ay 22). Faith should cooperate with work, and would be complete or reach it’s supreme expression when it’s implemented by good works .

Maka iman harus bekerja bersama dengan beberapa perbuatan baik yang keluar dari kita, dan oleh itu iman kita jadi sempurna.

Tanpa melakukan perbuatan, iman disebutkan oleh Yakobus sebagai kosong (“Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?”-ay 20) atau bahkan juga mati (“..Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”-ay 17). 

Betul, kita ditolong oleh iman dan bukan lantaran perbuatan, tapi iman kita semestinya secara automatis menggerakkan kita untuk melaksanakan banyak perbuatan baik yang memberkati pihak lain.

Saat kita mengaku memiliki iman ke Allah, sikap dan tindakan kita bisa menjadi cermin apakah itu benar ada atau mungkin tidak, karena supaya bagaimana juga iman yang baik akan hasilkan buah-buah yang bagus juga.

Jadi silahkan kita berpikir di mana kita berada ini hari.

  • Apakah kita akui mempunyai iman pada Kristus tapi selalu berkelahi dengan istri, anak bahkan juga tetangga dan sekitar lingkungan kita?
  • Apakah kita mengatakan beriman namun berat sampai tak mau membantu orang yang diterpa kesulitan walau kita mampu untuk itu?
  • Apakah kita mengakui beriman namun tetap gampang kuatir, cemas, takut atau was-was saat menghadapi permasalahan? Ditambah dengan lakukan beberapa hal yang melukai hati Tuhan melalui bermacam pilihan yang ditawarkan dunia?
  • Apakah kita masih senang menunjukkan kerajinan kita berdoa ke orang lain tapi tindakan kita memperlihatkan perihal-perihal buruk?
  • Apakah kita mengakui mempunyai iman namun tetap mudah tersinggung lalu membenci serta mencari jalan untuk membalas sakit hati sewaktu dikecewakan seseorang?
  • Apakah kita mengatakan beriman tapi masih suka iri hati serta suka berlagak diri?

Bahan Renungan Iman dan Perbuatan Saling Berkaitan – Ini cuman sebagian contoh yang kemungkinan dapat kita menjadikan perenungan. Pokoknya, iman bukan hal yang abstrak karena kita dapat menyaksikan dan menghitungnya dari perbuatan. Saat iman berperan baik, semestinya kita alami perubahan dengan mulai mengerjakan beberapa perbuatan baik yang tidak saja jadi tanda iman pada diri kita tapi juga memperbaiki iman itu.

Pada hakekatnya, orang benar itu hidup oleh iman, dan iman itu akan nampak dari buah-buah yang dibuat dalam kehidupannya.

Leave A Reply

Your email address will not be published.